BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan peradaban Islam di Asia tengah sangat
berkaitan dengan peradaban yang terjadi di wilayah Persia. Ira M Lapidus
mengatakan bahwa; Islam pertama kali tersebar di wilayah ini diakibatkan karena
adanya penaklukan Arab terhadap Iran dan Transoxiana serta perpindahan para
kaum sufi dari wilayah perkotaan menuju ke wilayah padang rumput.[1]
Oleh karena itu apa yang dikatakan oleh Ira M Lapidus menandakan bahwa;
penaklukkan bangsa-bangsa lainnya oleh arab sebagai awal dari persebaran agama Islam
ke berbagai wilayah di belahan dunia.
Mendiskusikan mengenai bangsa Mongol
seringkali tidak mencapai pada titik temu yang sama dan tidak ada habisnya.
Factor ini dikarenakan oleh pengaruh-pengaruh bangsa yang sangat besar bagi
peradaban dunia. Mongol merupakan sebuah
suku bangsa yang sangat besar dengan mendiami beberapa wilayah di belahan bumi
ini. Puncak kejayaan bangsa mongol ketika berhasil menghancurkan Baghdad pada
tahun 1258. Sejarah bangsa mongol dimulai semnejak berada dibawa kendali
Jenghis Khan.[2]
Bangsa mongol berasal dari wilayah hutan Siberia yang hidup di dataran padang
pasir Gobi dan danau Baikal. Mereka termasuk dari bangsa Tartar.[3]
Mereka termasuk bagian dari peradaban dunia yang besar dengan kontribusi yang
sangat signifikan. Generasi dari bnasga mongol diawali dari Jengis Khan. Selanjutnya, dia memiliki
seorang keturunan, cicit, yang bernama Mubarak Shah (1266) yang menjadi
penguasa muslim pertama untuk dinasti Mongol. Hingga sekarang, peninggalan itu
masih dapat kita lihat buktinya dalam bentuk bangunan dan wilayah-wilayah
kekuasaaan.
Dinasti mongol mencapai puncaknya pada masa Timur lenk dan dan dinati
Golden Horde. Kehancuran mongol berawal dari penyerangan Rusia pada tahun 1502,[4]
sehingga berdiri beberapa dinasti dari golongan Tartar yang merdeka. Mereka
mendirikan dinasti baru; Kazan, Astrakhan, dan Ceznia. Oleh karena itu, dala
pembahahasan kali ini, penulis menyampaikan mengenai dians-dinasti kecil yang
terpecah setelah Golden Horde. Toynbee menyebutkan bahwa peradaban di bumi ini
dikarenakan karena adanya response and challenge yang mengakibatkan
adanya perubahan. Penjelasan ini sesuai dengan yang terjadi pada
dinasti-dinasti setelah kehancuran Golden Horde. Berdirinya dinasti tar-tar yang memerdekakan diri menandakan
adanya reaksi yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa tertindas. Oleh
karena itu, apa yang dilakukan oleh beberapa dinasti kecil pasca Golden Horde
memberikan perubahan yang cuku berarti dengan sumbangsih bagi peradaban Islam.
Perpecahan kekuasaan ini sama halnya ketika berdirinya dinasti-dinasti kecil, Muluk
at-Thawaif, di Andalusia.
Di dalam penulisan ini, penulis menggunakan
beberapa pendekatan dianataranya: pendekatan politik, pendekatan sosial,
pendekatan ekonomi, dan pendekatan budaya, sehingga mengantarkan kejayaan pada
dinsati tersbut. Selanjutnya, dalam hal penulisan, penulis menggunakan metode
penelitian secara heuristic, verifikasi, interpretasi dan eksplanasi, serta
historiografi yang menghasilkan penulisan karya ilmiah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Kondisi dinasti Kazan, Astrakhan, Ceznia? Mengapa terjadi konflik
dengan penguasa lain, Rusia, sehingga terjadi kehancuran bagi dinasti-dinasti
tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGUASAAN BANGSA MONGOL DI ASIA TENGAH
Perjanjian yang dilakukan oleh penguasa
muslim, Umar bin Khattab, pada tahun 637 M dengan Persia[5],
menandakan sebagai periode baru terhadap penyebaran agama Islam. Penaklukkan
dan penguasaan di berbagai wilayah oleh umat Islam pada saat itu menjadi tren
positif bagi agama Islam. factor politik dan ekonomi menjadi alasan
terjadinya conquest di wilayah Persia. Kota tua itu, Persia, menjadi
jalur penghubung para pedagang yang ada di wilayah Timur dengan jalur darat, di
samping itu juga, Persia menjadi salah satu wilayah yang memprduksi berbagai
barang dan makanan yang dibutuhkan oleh orang-orang Arab dan para pedagang yang
ada di Arab. Salah satu contoh barang yang dibutuhkan oleh para pedagang dari
Arab ialah kain sutera. Kain sutera merupakan komoditas barang dagangan yang
sangat langka dan mahal, bahkan kain sutera yang ada di Persia merupakan
kualitas ternama di dunia sampai sekarang.
Di masa selanjutnya, di bawah pengaruh Umayyah
dan Abbasiyah, penduduk Persia menjadi pemeluk agama Islam –sekarang mayoritas
syi’ah—yang tunduk di bawah pengaruh Umayyah dan Abbasiyah. Pengaruh Islam Arab
dan Persia tercermin dengan berbagai macam akulturasi dan asimilasi budaya yang
dapat ditemukan di berbagai daerah di wilayah Persia dan Asia Tengah.
Invasi bangsa Mongol ke wilayah Persia oleh beberapa
penguasa Mongol membuat Persia semakin kecil pengaruhnya. Chengiz Khan berhasil
menduduki wilayah Samarkhand dan Bukhara pada tahun 1219 M. Selanjtunya, di
bawah pengaruh Timur Lenk, terjadi invasi kedua kalinya di wilayah Iran yang
menguasai kerajaan Iran.[6]
Pada dinasti-dinasti Mongol selanjtunya,
Chagthai, Golden Horde, dan Ilkhan, pengaruh bangsa Mongol semakin kuat. Pada
saat itu, Persia merupakan sebagian kecil willayah yang dikuasai oleh bangsa
Mongol. Bangsa mongol berhasil menguasai Baghdad pada tahun1258 M yang
menandakan kehancuran bagi peradaban Islam, dan pengaruh bangsa Mongol juga
mencapai wilayah Afrika Utara.
Pada awal abad ke-16 M, pengaruh bangsa Mongol
semakin melemah. Penyerangan bangsa Rusia di bawah pimpinan, Tsar, membuat
mongol kehilangan pengaruh. Konflik intern yang terjadi pada masa Golden Horde
memberikan kesempatan bagi penguasa-penguasa lainnya untuk mengambil wilayah
kekuasaannya. Mongol-Islam di bawah pengaruh Golden Horde terpecah, dan
puncaknya ketika wafatnya Idhiku 1419 M,[7] penguasa
Noghay yang menaklukkan sarai baru, dan menejadi penguasa terakhir Golden
Horde.[8]
Penguasa inilah yang menutup kemegahan dari Golden Horde sebelum terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil di
wilayah Asia Tengah.
B. DINASTI KAZAN, ASTRAKHAN, DAN CHEZNIA
B.1. Dinasti Kazan
Menurut
Encyclopedia of Islam; The Khanate of Kazan was founded in the first half of
the 15th century by a Cingizid descendant, Ulu Muhammad, son of
Djalal al-Din and grandson of Toktamish (Dinasti Kazan didirikan pada pertengahan
abad ke 15 M oleh keturunan Chengis, Ulugh Muhammad, Anak Djalal al-Din dan
Cucu Tokhtamish).[9] Tokhtamish (1359-1395 M) adalah seorang
keturunan dari Batu, anak Jochi dan cucu Chengis. Dia adalah penguasa ke- 10
dinasti Golden Horde.
Kazan adalah sebuah dinasti kecil yang berdiri
pada tahun 1437/8 M. Di masa awal berdirinya, penguasa pertama dinasti ini,
Ulugh Muhammad, ikut dalam perang menghancurkan kerajaan rusia. Pada tahun
1438, Ulugh Muhammad berhasil mengepung Moskow dan mengahancurkan Kolomna.[10]
Awal dari berdirinya merupakan kelemahan penguasa yang tidak dapat menjaga
wilyah kekuasaanya.
Di bawah kekuasaan Ulugh Beg, Transoxania
menjadi ibukota negara yang menjadi pusat perkembangan dan keamjuan. Di bidang
arsitektur berdirinya monument yang begitu megah, serta beberapa makam yang
sangat megah: komplek makam Shah Zindah, makam Timur Lenk, the Guri Mire,
yang terkenal dengan seni ukir dan dekorasi dari keramik tirus yang berwarna
kebiru-biruan dan bangunan observaturium demi kepentingan perekmbangan
pengetahuan. Ia juga menjadi kepala musisi, pujangga, dan penyanyi.
Secara geografis, Dinasti Kazan berada di
wilayah endapan atau tepi sungai Volga[11]
yang merupakan pertemuan dengan sungai Kama, sebuah daerah subur penghasil
pangan dan berada di persimpangan jalan antara hutan dan wilayah padang rumput
yang luas dengan hubungan dan komunikasi yang baik.[12]
Wilayah ini sudah ada sebelum terjadinya invasi mongol, dan menjadi pusat kota
yang maju di negara Bulghar (Siberia).
Dalam
hal politik, berada di bawah kekuasan Ulugh Muhammad, Dinasti Kazan merupakan
sebuah dinasti kecil yang memiliki pengaruh besar bagi bangsa Tatar. Penguasa
ini dapat memberikan ancaman terhadap penguasa Moskow. Pada perkembangan
selanjutnya, di tahun 1445 M, Mahmudek, anak Ulugh, dapat mengalahkan dan
menjadikan tawanan prnguasa Moskow, Vasili II, sebagai bukti kekalahan kerajaan
Moskow, namun setelah itu dia dibebasakan oleh Mahmudek.
Secara politik, pembebasan penguasa Moskow,
Vasili II, dapat diasumsikan sebagai sebuah kebijakan dari penguasa, Mahmudek,
pada saat itu, atau sebagai hasil dari sebuah perjanjian yang dilakukan oleh
kedua penguasa muslim dan non-muslim tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada
saat Umar berhasil menaklukkan Syam, Syiria, dan Persia, yang berakhir dengan
perjanjian di abad ke-8 M. Tulisan Philip K. Hitti dalam History of the Arab
menyebutkan bahwa; panglima perang, Khalid bin Walid, menjamin keamanan dan
kesejahteraan rakyat Damaskus secara materi maupun moril dengan syarat membayar
pajak (Jizyah).[13]
Di tahun yang sama perkembangan dan
perubahan kota Kazan semakin cepat. Mahmudek memeperluas wilayah Kazan, dengan
merampas dan menaklukkan wilayah yang dikuasai oleh ‘Ali Beg.
Perluasan wilayah tersebut didukung oleh
beberapa factor dalam sebuah wilayah kekuasaan. Kehidupan rakyat Kazan terjamin
dengan bahan pangan yang melimpah dan tanah yang subur, di samping itu juga,
penguasa memberikan keleluasaan bagi rakyatnya untuk mengeksploitasi dan
menggunakan bahan baku tersebut dengan cara berdagang dan melakukan komuniakasi
dengan bangsa-bangsa trader lainnya.
Dinasti Kazan mencapai masa kejayaan di masa
kepemimpinan Muhammad Amin (Wafat 1518/9 M). Muhammad menjabat sebagai penguasa
pada tahun 1495 M dengan menggantikan Ali. Dia pernah mencari perlindungan dari
penguasa Rusia, namun ketika berada di bawah pemerintahan Muhammad Amin, Kazan
kembali menjadi sebuah dinasti yang maju sebelum tunduk kepada Rusia.
Kekuasaan Khan memasuki masa suram, terjadi gerakan-gerakan
radikal yang disertai dengan tindakan anarkis yang terus menerus antara
pendukung Rusia, pro-Rusia, yang menginginkan negara nasionalis yang dibantu
oleh orang-orang Crimea dan Horde Noghay. Penaklukan yang diikuti oleh pejabat
yang menngikuti system pemerintahan Rusia, sehingga orang-orang Kazan diusir
oleh mereka,[14]
bahkan sebagian dari mereka ada yang mengalami pembaptisan secara paksa.[15]
Wilayah mereka yang subur menjadi bagian dari pemerintahan Rusia.
B.2. Dinasti Austrakhan
Astrakhan adalah sebuah penguasa muslim dari
bangsa Tartar. Ia menjadi dinasti kecil yang termasuk dalam keturunan bangsa
Mongol. Dinasti ini berada di wilayah tepi sungai Volga yang merupakan wilayah
yang pernah dikuasai oleh orang-orang Kazan.
Pendiri dinasti ialah Qasim, seorang keturunan
Mongol dari keturunan Ulugh Muhammad, yang termasuk golongan pro-Rusia.
Kekacauan yang terjadi di wilayah bangsa Mongol pasca terpecahnya menjadi
dinasti-dinasti kecil mengakibatkan terjadinya suaka politik yang dilakukan
oleh pemerintah Rusia. Qasim Khan diberikan kepercayaan oleh penguasa Rusia, Tsar
Rusia, untuk menjabat sebagai gubernur di wilayah Astrkahan. Karena
kecerdikannya dalam pemerintahan dan ambisi menjadi seorang penguasa, maka ia
memimpin Astarakhan secara independen.[16]
Ibukota dari dinasti Astrakhan berada di Xacitarxan[17].
Penunjukkan wilayah ini sangat membantu dalam pertahanan dikarenakan wilayahnya
yang berdekatan dengan sungai di bagian barat, dan laut Kaspia di sebelah
selatan, sehingga wilayah ini bisa dikatakan sebagai wilayah yang dikelilingi
oleh air.
Setelah pergantian Qasim oleh Abdul ar-Rahman,
kekuasaan Astrakan berada dalam masa yang sulit. Ia, sebagai penguasa, snagat
lemah dalam memperthankan wilayah Xacitarxan, bahkan terjadinya perpecahan
antara bangsa Mongol-Tartar sendiri. Kazan dan Crimea, sebagai dinasti kecil,
beursaha mengahncurkan Astrakahan, bahkan saling membunh satu sama lain,
walaupun dari golongan Muslim. Akibatnya, penguasa, Abdur ar-Rahman mencari
pertolongan kepada orang-orang Turki untuk menghancurkan Rusia.[18]
Pada tahun 1556, kekuasaan berada di tangan
Rusia. Ia ditaklukkan oleh rusia, dan rusia mengirim seorang sufi yang bernama
Darwesh Ali Khan sebagai penguasa baru. Penguasa rusia menempatkan orang-orang Cossack
sebaga penduduk Astrakhan yang berusaha mengmebalikan kestabilan pemerintahan
Rusia. Penguasa juga membangun pelabuhan terbesar di utara Laut Kaspia sebagai
salah satu pemasukan bagi kekuasaan Rusia.
Kemajuan yang pernah dialai oleh penguasa
Kasim yang sangat pendek usianya ialah di bidang kemiliteran dan perekonomian:
para tetara bayaran Kasim berhasil mempertahankan kedaulatan Kasim sebagai
penguasa independent walaupun hanya menjabat selama 24 tahun, kemudian
penghasilan rakyat yang bergantung pada hasil bumi di Xacitarxan merupakan
pengahsilan terbaik untuk Astrakhan, bahkan sebelumnya menjadi pemasukan yang
terbesar bagi bangsa Mongol yang berada di bawah kekuasaan Golden Horde.
Perbandingn yang sangat besar bagi bangsa Mongol dalam hal pembayaran pajak
setelah menaklukkan bangsa pribumi di wilayah yang mereka diami dan tinggali.[19]
Eksploitasi besar-besaran dilakukan demi kemajuan bangsa Astrakkan di
Xacitarxan.
B.3. Dinasti Checon
Dinasti Chehcon[20]merupakan
penamaan yang diberikan oleh orang-orang Rusia terhadap bangsa Muslim yang
mendiami selatan anak sungai Lembah Sanja dan Sungai Terek di tengah wilayah
Kaukasus.
Pada abd ke 17 M, wilayah ini oernah
mendapatkan pengaruh dari golongan Islam Sunni yang bermadzhab Hanafi. Wilayah
Daghastan dan Crimea menjadi tujuan utama dari penyebaran theology ini, namun
hingga pertengahan abad ke-18 M, namun semua itu tinggal sebuah sejarah yang
telha terukir, karena mereka kembali mendpatkan pengaruh dari golongan theology
Naqsabandiyah.[21]
Secara politik, checeon merupakan wilayah yang
berada di bawah pengaruh dari rusia. Rusia memberikan pengaruh bagi orang-orang
chechon. Ia dibagi menjadi tujuh clan atau kelompok kecil yang kemudian
menampakkan ras dan kesukuan mereka: Micik, Ickeri, Aukh, Kist, Nazran,
Karabuakh, Ghalgays, yang keudian menamakan mereka sebaga bangsa Ingush.
Penguasa Rusia menjadikan bangsa Ingush sebagai koloninya yang menjadi
perthanan orang rusia di wilayah Georgia dan mengankesasi wilayah tersebut
sebagai benteng pertahanan rusia. Tetapi dibawah pengaruh Syeikh Mansur
Ushurma, melakukan perlawan terhadap pemerintah pada tahun 1791.[22]
Di awal abad ke 19 M, menjadi wilayah imam
yang bernama Shamis di Dagistan. Pada tahun berikutnya orang-orang checon
melakukan imigrasi ke wilayah Turki. Pada masa revolusi Oktober Rusia di tahun
1917 M, orang-orang Checnya yang tergolong dalam bangsa Ingush melakukan
otonomi keagamaan yang bertranformasi pada thuan 1956 M.[23]
Sampai sekarang, mereka menjadi bagian tersendiri di beberapa wilayah yang
berada di Rusia. Mereka masih memegang system kemasyrakatan yang Patriarchial.[24]
KESIMPULAN
Dinasti
Kazan merupakan sebuah pemerintahan yang bedaulat pasca hancurnya Golden Horde.
Perkembangan Kazan adalah sebuah dinasti kecil yang berdiri pada tahun 1437/8
M. Di masa awal berdirinya, penguasa pertama dinasti ini, Ulugh Muhammad, ikut
dalam perang menghancurkan kerajaan rusia. Pada tahun 1438, Ulugh Muhammad
berhasil mengepung Moskow dan mengahancurkan Kolomna. Awal dari berdirinya
merupakan kelemahan penguasa yang tidak dapat menjaga wilyah kekuasaanya.
pembebasan penguasa Moskow, Vasili II, dapat diasumsikan sebagai sebuah
kebijakan dari penguasa, Mahmudek, pada saat itu, atau sebagai hasil dari
sebuah perjanjian yang dilakukan oleh kedua penguasa muslim dan non-muslim
tersebut.
Astrakhan
adalah sebuah penguasa muslim dari bangsa Tartar. Ia menjadi dinasti kecil yang
termasuk dalam keturunan bangsa Mongol. Dinasti ini berada di wilayah tepi
sungai Volga yang merupakan wilayah yang pernah dikuasai oleh orang-orang
Kazan. Pada tahun 1556, kekuasaan berada di tangan Rusia. Ia ditaklukkan oleh
rusia, dan rusia mengirim seorang sufi yang bernama Darwesh Ali Khan sebagai
penguasa baru. Penguasa rusia menempatkan orang-orang Cossack sebaga
penduduk Astrakhan yang berusaha mengmebalikan kestabilan pemerintahan Rusia.
Penguasa juga membangun pelabuhan terbesar di utara Laut Kaspia sebagai salah
satu pemasukan bagi kekuasaan Rusia.
Dinasti Chehcon merupakan penamaan yang
diberikan oleh orang-orang Rusia terhadap bangsa Muslim yang mendiami selatan
anak sungai Lembah Sanja dan Sungai Terek di tengah wilayah Kaukasus. Penguasa
Rusia menjadikan bangsa Ingush sebagai koloninya yang menjadi perthanan
orang rusia di wilayah Georgia dan mengankesasi wilayah tersebut sebagai
benteng pertahanan rusia. Tetapi dibawah pengaruh Syeikh Mansur Ushurma,
melakukan perlawan terhadap pemerintah pada tahun 1791.
Daftar Pustaka
Lapidus, Ira M. A History Of Islamic Societies,
Terj. Gufron A. Mas’adi Sejarah Sosial Umat Islam, Jilid I dan II. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1999.
Karim, M. Abdul.
Islam di Asia Tengah. Yogyakarta: Bagaskara, 2006.
______________. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Cet I. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Bosworth, G. E. (ed). Encyclpoedia of Islam, Vol.
II, IV, & VII. Leiden and New York: E.J. Brill. 1993.
Lewis, Bernard, P.M. Holt, and Ann K.S. Lambton (ed). The
Cambridge History of Islam: The Central Islamic Land from Pre-Islamic Times to
the First World War. Vol I A. United Kingdom: Cambridge University Press,
1970.
Hitti, Philip K. History of The Arab, Terj. R.
Cecep Lukman Yasin dan Dedi Selamat Riyadi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999.
[1] Ira
M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jilid I dan II, terj, Gufron A. Mas’adi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 637.
[2] M.
Abdul Karim, Islam di Asia Tengah (Yogyakarta: Bagaskara, 2006), hlm.
1.
[3] Ibid.
[4] Ibid.,
hlm. 72.
[5] Ibid.,
hlm. 11.
[6]
Karim, Sejarah Islam, hlm. 36-37
[7] Ibid.,
hlm 71.
[8] M.
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet I (Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2007), hlm. 294.
[9] G.
E Bosworth (ed)., Encyclpoedia of Islam, Vol. VII (Leiden and New York:
E.J. Brill. 1993), hlm 849.
[10] Ibid.,
[11]
Karim, Sejarah Islam, hlm. 72.
[12]
Bernard Lewis, P.M. Holt, and Ann K.S. Lambton (ed), The Cambridge History of
Islam: The Central Islamic Land from Pre-Islamic Times to the First World War,
Vol I A ( United Kingdom: Cambridge University Press, 1970), hal. 499.
[13]
Philip K. Hitti, History of The Arab, Terj. R. Cecep Lukman Yasin dan
Dedi Selamat Riyadi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.
[14]
Bosworth (ed), Encyclopedi of Islam,
Vol. 7, hlm. 850.
[15] Karim,
Sejarah, hlm. 74.
[16] Ibid.,
[17]
Menurut penulis Xacitarxan adalah wilayah yang berdekatan dengan sungai Volga,
wilayah ini berada di timur subgai Volga, dan (mungkin) sebagai saah satu
wilayah yang subur dalam memproduksi hasil bumi yang berkaitan dengan kebutuhan
pokok manusia.
[18] Bosworth, The Encylopedia of Islam, hlm. 721.
[19]
Bosworth, Encyclopedi of Islamic, Vol. 7, hlm. 721.
[20] Di
dalam beberapa referensi menyebutkan sebagai Cecen, Chehcnya, dan Cheznia.
Kata-kata ini beru diketahui pada awal abad 18 hingga sekarang yang menjadi sebuah
kelompok muslim di rusia. Kelompok ini pernah melakukan pemberontakan terhadap
penguasa rusia pada akhir abad ke-20 M, sebelum pergantian Uni Soviet kembali
menjadi Rusia di bawah pemerintahan Vladimir Puttin dan Gorbachev.
[21] B.
Lewis (ed)., The Encyclopedia of Islamic, Vol. II (Netherland: E.J.
Brill, 1965), hlm. 18.
[22] Ibid.,
[23] Ibid.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar